October 13, 2018

Menjadi Hujan

Edit Posted by

Oleh Kurniawan Gunadi

Orang-orang dewasa itu aneh. Mereka bilang menyukai hujan, tapi selalu berlindung di balik payung, berlindung di bawah atap. Bahkan beberapa dari mereka memaki karena hujan membuat baju mereka basah.

Mereka tidak benar-benar menyukai, hanya mulutnya saja, tindakannya tidak. Mereka hanya mencari sensasi atau sedang menjual romantisme. Nyatanya, mereka menyesali hujan yang tak kunjung reda, mendinginkan udara sekitar, dan membuat jemurannya tak kunjung kering.

Sayang cintanya hanya sebatas kata, sayang katanya hanya sebatas kalimat status di media sosialnya. Hanya menjadi foto untuk mendukung kesenduannya.

Aku rasa, kita tidak akan mengerti hujan kecuali menjadi hujan itu sendiri. Bagaimana bila sesekali kita mendengar kata orang bahwa mereka menyukai kita padahal dibelakang itu semua mereka tidak demikian.

Manusia banyak yang seperti itu. Manusia telah terlatih untuk berpura-pura di hadapan orang lain. Memanipulasi sikapnya dan menyaring kata-katanya menjadi manis. Meski tidak dalam hati dan pikiran.

Dan kita akan belajar menjadi hujan. Bahwa ia akan turun dan ia tidak peduli dengan banyak orang yang menyesali kehadirannya. Hujan akan tetap turun untuk ia yang membutuhkannya, untuk orang-orang yang merindukan kedatangannya. Untuk tanaman dan hewan yang membutuhkannya.

Tidak perlu menghabiskan pikiran dan hati kita untuk memikirkan orang-orang yang tidak menyukai kita. Lebih baik kita curahkan hati dan pikiran kita untuk orang-orang yang menghargai keberadaan kita, untuk orang-orang yang mencintai kita dan menunggu kita.

Meski jumlahnya (mungkin) tidak banyak, tapi itu akan membuat hidupmu jauh lebih bahagia. Dan kamu tidak perlu bersusah payah untuk membuat hidupmu bahagia. Karena sungguh, akan selalu ada orang yang tidak menyukaimu. Dan kamu tidak perlu memikirkan yang demikian.

Hujan akan tetap turun meski ia dibenci, karena ia datang bukan untuk mereka. Ia datang untuk orang-orang yang merindukan dan mencintainya.

Hidup kita seperti demikian. Hari ini, aku akan menjadi hujan. Biar aku jatuh dihatimu dan kamu tidak bisa menghindarinya.

August 31, 2018

Pembacaan puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani

Edit Posted by

Judul: "Surat dari Ibu"
Penyair: Asrul Sani
Pembaca puisi: Afifah Abasrin

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

September 18, 2016

Menjadi Sismantik

Edit Posted by
Afifah Abasrin
Siswa SDIT Ar Raihan Kelas 4C

Hari Sabtu tanggal 3 September 2016, aku dikirim ke Puskesmas Bantul 1. Aku mewakili sekolahku menjadi Siswa Pemantau Jentik (Sismantik). Bersama sekolah lain, aku belajar tentang bahaya nyamuk Aedes aegypti. Aku juga mendapat tugas untuk mengamati jentik di lingkungan sekolah, misalnya kamar mandi, genangan air, dan lain lain.

Aku senang sekali menjadi Sismantik.

Tulisan ini dipublikasikan pertama kali di Koran Kedaulatan Rakyat edisi 18 September 2018.